RISET OPERASIONAL TEKNIK SIPIL
RISET OPERASIONAL
REDESAIN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RSUD KABUPATEN
TEMANGGUNG
PENDAHULUAN
Perencanaan struktur gedung yang berada di wilayah
rawan gempa harus direncanakan dengan baik, kuat, dan tahan terhadap beban
gempa agar tidak terjadi kegagalan struktur yang tidak diinginkan. Dengan
didasarkan pada SNI 03-2847-2013 dan SNI 03-1726-2012, maka perlu dilakukan
desain ulang pada Struktur Gedung Rawat Inap RSUD Kabupaten Temanggung.
Perencanaan Struktur Gedung Rawat Inap RSUD Kabupaten Temanggung ini meliputi
perencanaan struktur atas dan struktur bawah. Perencanaan struktur atas, meliputi
perencanaan pelat, balok, kolom, dinding geser yang dibantu dengan menggunakan
program SAP. Perencanaan struktur bawah, meliputi perencanaan pondasi sumuran
yang dilakukan secara manual. Pembebanan yang ditinjau untuk perencanaan elemen
struktur adalah beban mati, beban hidup dan beban gempa yang dihitung dengan
menggunakan metode analisis dinamik spektrum respons gempa. Pada Tugas Akhir
ini, Perencanaan Struktur Gedung Rawat Inap RSUD Kabupaten Temanggung yang
terdiri dari 8 lantai ini terbuat dari beton bertulang dan menggunakan Sistem
Ganda yang merupakan kombinasi antara dinding geser beton bertulang khusus dan
rangka pemikul momen khusus.
LATAR
BELAKANG
Gempa menjadi faktor yang sangat penting dalam
evaluasi struktur gedung di Indonesia, karena posisi wilayah Indonesia terletak
pada pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan
Pasifik. Disamping itu, wilayah Indonesia juga dilalui oleh 2 jalur gempa
dunia, yakni jalur gempa Asia dan Pasifik, akibatnya sering terjadi gempa baik
dengan skala kecil, sedang dan besar. Oleh karena itu, perencanaan Gedung Rawat
Inap RSUD Kabupaten Temanggung ini perlu didasarkan pada ketahanan terhadap
gempa dengan faktor keutamaan gempa yang besar. Hal ini karena bangunan rumah
sakit merupakan fasilitas masyarakat yang vital untuk menampung banyak orang,
sehingga harus direncanakan untuk kokoh berdiri meskipun terjadi gempa.
Perencanaan Gedung Rawat Inap RSUD Kabupaten
Temanggung ini dilakukan dengan menggunakan konsep bangunan secara vertikal untuk
memaksimalkan lahan yang terbatas, sehingga mampu menampung kebutuhan yang
besar. Padahal semakin tinggi suatu bangunan, maka gaya lateral yang terjadi
dan dialami oleh gedung juga akan semakin besar. Oleh karena itu, pemilihan
sistem struktur harus dapat menghasilkan kekakuan yang optimal dengan massa
bangunan yang seminimal mungkin untuk menahan gaya lateral akibat beban gempa.
Sistem struktur yang digunakan dalam Perencanaan
Struktur Gedung Rawat Inap RSUD Kabupaten Temanggung adalah sistem ganda antara
Dinding Geser Beton Bertulang Khusus dan Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
Pada sistem struktur ini, beban lateral akibat gempa akan dipikul oleh sistem
rangka pemikul momen (frame) dan dinding geser (shear wall), sehingga struktur
bangunan menjadi lebih daktail dan mampu bertahan terhadap beban gempa yang
terjadi. Sistem rangka Gedung Rawat Inap RSUD Kabupaten Temanggung direncanakan
dengan konsep strong column-weak beam. Konsep strong column-weak beam merupakan
suatu konsep dimana perilaku kolom harus dibuat lebih kuat dibandingkan balok,
sehingga diharapkan sendi plastis terbentuk di ujung balok.
Perhitungan analisis struktur gedung terhadap beban
gempa mengacu pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung[3], dimana analisis beban gempa struktur gedung
bertingkat tinggi dilakukan dengan Metode Analisis Dinamik yang menggunakan spektrum
respons gempa. Perkiraan pembebanan dan perencanaan struktur mengacu pada
Persyaratan Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain[1]
dan Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung[2].
METODOLOGI
Data-data yang digunakan dalam pembuatan dan
penyusunan laporan Tugas Akhir ini secara garis besar adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan berupa: gambar rencana, laporan penyelidikan tanah, dan
data bangunan. Adapun tahapan perencanaan dan analisis perhitungan struktur
gedung ditampilkan pada Gambar 1.
Pemodelan dan analisis struktur gedung ini dilakukan
dengan bantuan program SAP sebagai struktur 3D seperti yang ditampilkan pada
Gambar 2. Kolom dan balok dari struktur gedung dimodelkan sebagai elemen frame,
sedangkan pelat lantai dan atap dimodelkan sebagai elemen shell. Dalam
perencanaan dan perhitungan struktur tahan gempa, seluruh elemen struktur pada
gedung dibentuk menjadi satu kesatuan sistem struktur dengan spesifikasi
material dan ukurannya masing-masing. Hasil analisis dari program SAP berupa
perioda fundamental dan simpangan struktur yang nantinya akan dibandingkan terhadap
nilai batas, sedangkan hasil analisis gaya dalam yang bekerja pada elemen struktur,
seperti momen, gaya aksial, gaya geser dan torsi digunakan untuk perencanaan
dimensi dan penulangan elemen struktur.
Gambar 1. Diagram Alir Perencanaan
Struktur Gedung
Gambar 2. Pemodelan Desain
Struktur Gedung Rawat Inap
RSUD Kabupaten Temanggung Secara 3D
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil redesain struktur Gedung Rawat Inap RSUD
Kabupaten Temanggung meliputi struktur atas dan struktur bawah. Struktur atas
terdiri dari balok, kolom, pelat, hubungan balok-kolom, dan dinding geser. Sedangkan,
struktur bawah terdiri dari pondasi. Adapun rincian hasil redesain struktur adalah
sebagai berikut:
Gaya Gempa
Perhitungan beban gempa pada struktur gedung dilakukan
menggunakan metode Analisis Dinamik dengan nilai spektrum respons percepatan
gempa desain untuk lokasi dimana bangunan akan didirikan. Nilai spektrum
respons gempa didapat dengan menggunakan software online yang tersedia pada
situs www.puskim.pu.go.id. Dengan
menginput lokasi bangunan yang ditinjau dan jenis tanah di bawah bangunan, maka
akan didapatkan nilai spektrum respons percepatan gempa. Adapun kurva spektrum
respons percepatan gempa desain ditampilkan pada Gambar 3 berikut:
Gambar 3. Kurva Spektrum Respons Percepatan Desain
Daerah Temanggung
Adapun nilai spektrum respons percepatan gempa
berdasarkan lokasi Gedung Rawat Inap RSUD Kabupaten Temanggung dan jenis tanah
keras disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Spektrum Respons Percepatan Desain (Sa)
Daerah Temanggung
Keterangan
|
T
|
Sa (g)
|
0
|
0
|
0.203
|
T0
|
0.111
|
0.507
|
TS
|
0.557
|
0.507
|
TS+0
|
0.557
|
0.43
|
TS+0.4
|
0.957
|
0.267
|
TS+0.8
|
1.357
|
0.194
|
TS+1
|
1.557
|
0.171
|
TS+1.4
|
1.957
|
0.137
|
TS+1.8
|
2.357
|
0.115
|
TS+2
|
2.557
|
0.106
|
TS+2.4
|
2.957
|
0.092
|
TS+2.8
|
3.357
|
0.082
|
TS+3
|
3.557
|
0.077
|
TS+3.2
|
3.757
|
0.073
|
4
|
4
|
0.071
|
Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur tergantung dari fungsi bangunan, kelas situs, kategori resiko struktur, kategori desain seismik, sistem struktur, dan massa struktur. Perencanaan Struktur Gedung Rawat Inap RSUD Kabupaten Temanggung didesain menggunakan Sistem Ganda dengan Rangka Pemikul Momen Khusus. Pada sistem ganda ini, dapat diartikan sebagai kesatuan sistem struktur yang terdiri dari rangka ruang yang memikul seluruh beban gravitasi dan pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka pengaku dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari seluruh beban lateral yang terjadi.
Struktur
Balok
Perencanaan balok dilakukan berdasarkan pada syarat
lendutan yang terjadi, sehingga tinggi minimum dari balok induk adalah 1/16
dari panjang bentang dan perkiraan lebar balok induk adalah (1/2 – 2/3) dari
tinggi balok. Hasil gaya dalam berupa momen lentur digunakan untuk merencanakan
jumlah tulangan longitudinal pada balok. Tulangan longitudinal tersebut
digunakan untuk menghitung (moment probability) yang terjadi pada balok.
Kemudian, nilai moment probability inilah yang digunakan untuk menghitung gaya
geser yang terjadi pada daerah sendi plastis.
Daerah sendi plastis adalah lokasi penyerapan energi
gempa sepanjang dua kali tinggi balok dari muka kolom, dengan konfigurasi
pemasangan tulangan geser pertama adalah 50 mm dari muka kolom. Berdasarkan analisis
gaya dalam dengan bantuan program SAP, maka didapatkan hasil penulangan balok
seperti yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Penulangan Balok
Balok
|
H
|
B
|
Tulangan Longitudinal (Lentur +
Torsi)
|
Tulangan Transversal (Geser +
Torsi)
|
|||
Letak
|
Posisi Tulangan
|
Jumlah Tulangan
|
Letak
|
Jumlah Tulangan
|
|||
B1
|
700
|
350
|
Tumpuan Ka & Ki
|
Atas
|
7-D22
|
Di sepanjang lo
|
4 Leg D10-100
|
Tengah
|
2-D19
|
||||||
Bawah
|
5-D22
|
||||||
Tengah Bentang
|
Atas
|
4-D22
|
Di luar panjang lo
|
3 Leg D10-100
|
|||
Tengah
|
2-D19
|
||||||
Bawah
|
7-D22
|
||||||
B2
|
600
|
300
|
Tumpuan Ka & Ki
|
Atas
|
6-D22
|
Di sepanjang lo
|
2 Leg D10-100
|
Tengah
|
2-D19
|
||||||
Bawah
|
4-D22
|
||||||
Tengah Bentang
|
Atas
|
3-D22
|
Di luar panjang lo
|
2 Leg D10-100
|
|||
Tengah
|
2-D19
|
||||||
Bawah
|
4-D22
|
||||||
B3
|
500
|
300
|
Tumpuan Ka & Ki
|
Atas
|
4-D19
|
Di sepanjang lo
|
2 Leg D10-100
|
Tengah
|
2-D16
|
||||||
Bawah
|
3-D19
|
||||||
Tengah Bentang
|
Atas
|
3-D19
|
Di luar panjang lo
|
2 Leg D10-200
|
|||
Tengah
|
2-D16
|
||||||
Bawah
|
3-D19
|
||||||
BR
|
500
|
300
|
Tumpuan Ka
|
Atas
|
4-D19
|
Di sepanjang lo
|
2 Leg D10-100
|
Tengah
|
2-D16
|
Struktur
Kolom
Perhitungan struktur dilakukan menggunakan konsep desain
kapasitas, sehingga akan menghasilkan perilaku kolom kuat balok lemah atau yang
lebih dikenal dengan prinsip strong column-weak beam. Oleh karena itu, struktur
kolom dirancang menggunakan prinsip strong column-weak beam yang membuat
kekuatan lentur kolom lebih besar dibandingkan balok. Pada redesain Gedung
Rawat Inap RSUD Kabupaten Temanggung ini dipilih kolom dengan bentuk penampang
persegi. Tulangan longitudinal kolom direncanakan berdasarkan beban aksial dan
lentur yang terjadi secara bersamaan pada kolom. Tulangan transversal pada
kolom dibedakan menjadi dua, yakni sepanjang l0 dan diluar l0. Adapun hasil
penulangan kolom disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Perhitungan
Penulangan Kolom
Kolom
|
H
(mm)
|
B
(mm)
|
Tulangan Longitudinal
|
Tulangan Transversal
(Confinement + Geser)
|
|
Sepanjang l0
|
Di luar l0
|
||||
K1
|
750
|
750
|
16 D22
|
4 leg D13 - 100
|
2 leg D13 - 100
|
K2
|
650
|
650
|
12 D22
|
3 leg D13 - 100
|
2 leg D13 - 100
|
K3
|
550
|
350
|
10 D19
|
3 leg D13 - 75
|
2 leg D13 - 100
|
K4
|
550
|
350
|
8 D19
|
3 leg D13 - 100
|
2 leg D13 - 100
|
Dinding Geser
Dinding geser pada sistem ganda sebagai salah satu
alternatif sistem struktur,
disyaratkan untuk memikul sebagian besar beban lateral, yaitu maksimum sebesar 75%. Dinding geser harus dirancang sedemikian rupa, sehingga struktur memiliki kekakuan yang memadai untuk mengurangi simpangan antar lantai yang disebabkan oleh gempa. Pada perencanaan dinding geser, dinding geser diharapkan mampu untuk menahan gaya tekan dan tarik yang disertai dengan momen yang terjadi pada dinding geser. Adapun hasil penulangan dinding geser disajikan pada Gambar 4.
disyaratkan untuk memikul sebagian besar beban lateral, yaitu maksimum sebesar 75%. Dinding geser harus dirancang sedemikian rupa, sehingga struktur memiliki kekakuan yang memadai untuk mengurangi simpangan antar lantai yang disebabkan oleh gempa. Pada perencanaan dinding geser, dinding geser diharapkan mampu untuk menahan gaya tekan dan tarik yang disertai dengan momen yang terjadi pada dinding geser. Adapun hasil penulangan dinding geser disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Gambar
Penulangan Dinding Geser
Pondasi
Pondasi yang digunakan pada redesain Gedung Rawat
Inap RSUD Kabupaten Temanggung adalah jenis pondasi sumuran. Pondasi sumuran
merupakan bentuk peralihan dari pondasi dangkal ke pondasi dalam (tiang). Pondasi
jenis ini dipilih karena berdasarkan hasil penyelidikan tanah boring, maka
diketahui kedalaman tanah keras cukup dangkal, yaitu hanya pada kedalaman 4
meter. Selain itu, pelaksanaan konstruksi pondasi sumuran di lapangan juga
ramah lingkungan, sehingga tidak mengganggu aktivitas rumah sakit di
sekitarnya, terutama dalam hal kebisingan. Perencanaan pondasi dilakukan
berdasarkan pada konsep ASD (Allowable Stress Design) dengan nilai safety
factor tertentu dan konsep LRFD (Load
Resistance Factor Design). Adapun hasil perencanaan pondasi disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Pondasi Sumuran yang
Digunakan
Pondasi Sumuran
|
Diameter (m)
|
Panjang Tiang (m)
|
Tulangan Longitudinal
|
Tulangan Sengkang
|
P1
|
1,5
|
4,1
|
20 D16
|
2 leg D10 -100
|
P2
|
1,0
|
2,9
|
12 D16
|
2 leg D10 -150
|
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari
hasil analisis perencanaan struktur, antara lain sebagai berikut:
1.
Periode getar struktur yang dihitung
dengan metode Analisis Ragam menggunakan program SAP adalah sebesar 0,72 detik
untuk arah x dan 0,86 detik untuk arah y. Periode getar struktur ini perlu
dibatasi sesuai peraturan yang berlaku untuk mencegah penggunaan struktur yang
terlalu fleksibel maupun kaku.
2.
Pada kontrol partisipasi massa, 90%
massa sudah terpenuhi pada ragam getar ke-5 untuk gempa arah x maupun arah y,
yaitu sebesar 91%. Oleh karena itu, analisis struktur sudah memenuhi ketentuan
partisipasi massa dalam menghasilkan respons total harus sekurang-kurangnya
90%.
3.
Gaya geser dasar dinamik akibat gempa
arah x dan arah y lebih besar dari 85% gaya geser dasar statik ekivalen. Oleh
karena itu, tidak diperlukan adanya faktor skala gempa.
4.
Persentase gaya geser dasar (base shear) pada sistem rangka pemikul
momen khusus untuk pembebanan gempa arah x dan arah y lebih besar dari 25%,
sesuai peraturan yang berlaku. Pada gempa arah x, sistem rangka pemikul momen
khusus mampu menahan 36% dari gaya gempa yang ditetapkan. Sedangkan untuk gempa
arah y, sistem rangka pemikul momen khusus mampu menahan 60% dari gaya gempa
yang ditetapkan.
5.
Simpangan antar lantai akibat beban
lateral (gempa) yang terjadi adalah sebesar 16 mm, dimana simpangan antar
lantai tingkat desain ini tidak boleh melebihi dari simpangan antar lantai
tingkat ijin sebesar 60 mm agar kinerja struktur tidak melampaui batas
layannya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Standarisasi Nasional (BSN), 2013. Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain SNI 03-1727-2013,
Jakarta.
Badan
Standarisasi Nasional (BSN), 2013. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung SNI 03-2847-2013, Jakarta.
Badan
Standarisasi Nasional (BSN), 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 03-1726-2012, Jakarta.
Badan
Standarisasi Nasional (BSN), 2012. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung SNI 03-1729-2012, Jakarta.
Departemen
Pekerjaan Umum, 1987. Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIG), Direktorat Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta.
Kusuma, Gideon, 1993. Grafik
dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03, Erlangga, Jakarta.
Terzaghi, Karl
dan Ralph B. Peck, 1987. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa Jilid
1,
Erlangga, Jakarta.
Vis, W.C. dan Gideon Kusuma,
1997. Dasar-dasar Perencanaan Beton
Bertulang Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03,
Erlangga, Jakarta.
By: HERLANGGA PRATAMA
To: DODDY ARI SURYANTO
To: DODDY ARI SURYANTO
Komentar
Posting Komentar